Jumat, 17 Juni 2011

Rumah Sakit Universitas Airlangga; Rumah Sakit yang Ada di Hati Masyarakat

(14/6) Setelah menanti selama empat tahun sejak pertama kali dipancangkan tiang pembangunan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) pada tahun 2007, akhirnya Rumah Sakit Universitas Airlangga dibuka secara resmi oleh Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi. Menteri Pendidikan Nasional M. Nuh yang turut hadir dalam soft opening RSUA mengatakan, RSUA merupakan komitmen Universitas Airlangga untuk memberi yang terbaik bagi bangsa. Nuh berharap dengan adanya RSUA ini, Indonesia mampu meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan.

Rumah sakit yang memiliki luas total 40.000 m² dan terdiri dari 8 lantai ini, sedianya akan menjadi rumah sakit pertama di Jawa Timur yang dimiliki oleh universitas. Hingga kini RSUA masih menjadi rumah sakit percontohan bagi universitas lain yang berencana mengembangkan rumah sakit di lingkungan civitas akademika. Karena berada di bawah naungan universitas maka tujuan utama pendirian RSUA adalah untuk mendukung penelitian dan pendidikan atau sarana praktik bagi calon-calon tenaga medis yang mengenyam pendidikan di Universitas Airlangga. Namun, tidak berhenti pada rumah sakit pendidikan saja, RSUA diharapkan juga menjadi salah satu rumah sakit yang menjadi kepercayaan masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Direktur Utama RSUA Prof. H. Muh. Dikman Angsar dr. Sp. OG (k).

”Ke depannya RSUA harus mampu menjadi rumah sakit yang ada di hati masyarakat,” kata Prof. Dikman. Untuk itu, RSUA dalam melakukan penanganan kesehatan juga akan lebih mengedepankan budaya ketimuran. Dokter dan tenaga kesehatan di RSUA diharapkan melayani dengan hati, dan lebih peduli dengan pasien. Dokter memiliki kuasa atas pasien, karenanya semua perkataan dokter akan didengarkan dan dipatuhi oleh pasien. Karena itu, jangan sampai dokter sembarangan mendiagnosa dan mengesampingkan keluhan pasien.
”Budaya dan kultur lokal akan kami terapkan di sini. Kami mengedepankan self excellence seperti sopan santun dan kasih sayang dalam merawat pasien. Pokoknya, harus berbeda dengan rumah sakit-rumah sakit lain,” terang Prof. Dikman.

Untuk menuju visi yang seperti disampaikan Prof. Dikman tersebut, RSUA akan menyelaraskan standar profesi kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di RSUA semuanya diharapkan memenuhi standar keprofesian sesuai dengan aturan, misalnya perawat harus memiliki tingkat pendidikan S1.

Selain itu, RSUA juga akan melengkapi fasilitas kesehatan dengan alat-alat kesehatan yang didatangkan langsung dari Jerman. Ke depannya, manajemen RSUA tidak hanya bergantung pada kehadiran pasien rawat inap yang ada, tetapi juga akan memberikan pelayanan paripurna, sehingga tetap terbuka untuk masyarakat umum yang hendak memanfaatkan fasilitas yang ada di RSUA.

”Nantinya yang datang ke RSUA bukan hanya orang sakit saja, tapi orang sehat yang tidak ingin sakit,” ujar Prof. Dikman.

Dengan didukung fasilitas peralatan kesehatan yang prima, tenaga medis yang benar-benar ahli di bidangnya, serta biaya kesehatan yang kompetitif, tujuan RSUA menjadi rumah sakit yang ada di hati masyarakat harusnya mampu diwujudkan. Tentunya perlu waktu untuk membuktikan eksistensi dari RSUA itu sendiri. Hal ini harus dibarengi dengan proses edukasi masyarakat, bahwa di Indonesia bahkan Surabaya terdapat rumah sakit yang berkualitas dan dapat dipercaya layaknya di Singapura atau negara lainnya. (humas_ua)

 Sumber: www.unair.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | belt buckles